Disusun Oleh:
1. Dendi Rizky R         (08)
2. Eli Budia P               (10)
3. Hanaan Emilia A.H  (14)
4. Josyika N                (16)
5. Sabila Kun P           (27)
6. Salsa Nuraini R        (28)
7. Salsabilla H.P          (29)


Perang Kerajaan Mataram dengan VOC
(1628-1629)

Penyerbuan Mataram Terhadap Batavia
  1. Latar Belakang Penyerangan Mataram Terhadap VOC
         Hampir seluruh wilayah Pulau jawa telah menjadi wilayah kekuasaan Mataram, kecuali Banten, Batavia dan Blambangan. Pada 22 September 1613 Utusan VOC yang dipimpin J.P Coen merapat di daerah. Mereka ingin menjalin kerjasama dengan Mataram karena terkenal sebagai daerah penghasil beras. Mendengar hal ini, Sultan Agung menerima tawaran dari pihak VOC, dengan pertimbangan kelak akan berguna sehingga Mataram dapat menguasai kota-kota pelabuhan di sepanjang pantai jawa timur. Maka pada 1615 didirikanlah Pos perdagangan VOC di Jepara. Dalam perkembangan selanjutnya karena pengaruh oleh saudagar inggris, Sultan Agung mulai menyadari bahwa kehadiran VOC sangat berbahaya, seperti halnya Jayakarta yang kini telah berada digengaman VOC, hal ini tentu bertentangan dengan cita-cita Sultan Agung untuk menyatukan seluruh tanah jawa.
         Benih-benih menuju konflik berkepanjangan mulai terlihat pada saat tentara Mataram menyerbu kantor dagang VOC di Jepara pada 1618. 3 orang Belanda tewas dan yang lainnya di tawan. Mendengar hal ini pihak VOC tidak tinggal diam, bulan November pada tahun yang sama VOC membakar semua kapal Jawa yang sedang berlabuh serta sebagian besar kota. Tetapi perlu diingat juga bahwa pada tahun 1618, ketika terjadi paceklik tanaman padi, Sultan Agung pernah melarang ekspor beras kepada pihak belanda. Tentunya hal ini sangat beralasan, konon pihak VOC telah menyamakan Sultan Agung dengan seekor Anjing, dan juga pihak VOC dianggap telah mengotori mesjid Jepara. Hal ini yang akan mengatarkan Mataram menuju medan peperangan, tak hanya itu hubungan yang semakin memburuk ditunjukkan dengan tindakan VOC yang membakar jung-jung Mataram di Jepara dan merebut beras yang ada di dalamnya. Tujuan lain dari penyerangan ini disamping untuk membalas dendam atas serangan Mataram sebelumnya, juga untuk merusak kantor dagang Inggris dan untuk membuat orang-orang cina pindah ke Batavia. Namun pada 1621 personel VOC yang ditawan dikembalikan ke Batavia dan beras pun dikirim, VOC pun mengirimkan utusan nya kepada Sultan Agung pada 1622-1624, hubungan ini tentunya tidak terlepas dari kepentingan Mataram yang mengharapakan bantuan angkatan laut dari VOC untuk melakukan penaklukan atas Surabaya, Banten dan Banjarmasin, namun niat Mataram ini ditolak mentah-mentah oleh VOC, maka habislah sudah persahabatan dan keinginan kerjasama yang mutualistis, apalagi setelah Suarabaya berhasil dikuasai 1625, Sultan Agung telah merencanakan serangan ke Batavia.

  2. Jalannya Penyerangan Mataram terhadap VOC
  3. A) Serangan Pertama (1628)
         Konflik kepentingan antara ketiga belah pihak yaitu Mataram, VOC, serta Benten akan menimbulkan perang yang akan terjadi di Batavia. Sejak tahun 1620 telah disebut-sebut adanya maksud Mataram untuk menyerang Batavia, Mataram pernah diberitakan mengumpulkan 100.000 prajurit, untuk menyerang Batavia, namun pasukan ini batal menjalankan misinya karena ada kepentingan kerajaan yang lebih mendesak. Pada 1626 Sultan kembali diberitakan mengumpulkan pasukan sebanyak 900.000 yang akan dipersiapkan untuk menyerang orang kafir (VOC) di Batavia, namun misi ini juga gagal karena pasukan mataram harus memadamkan pemberontakan Pati (1627).
    Pada April 1628 Mataram melakukan serangan pertamanya ke Batavia. Kyai Rangga dikirim ke Batavia dengan 14 perahu yang memuat beras, Kyai Rangga ini datang untuk meminta bantuan VOC untuk Mataram yang ingin menyerang Banten, tapi hal ini ditolak pihak VOC. 22 agustus 1628, 50 kapal mendarat di Batavia, dengan perlengkapan yang sangat komplit. 2 hari kemudian muncul 7 perahu meminta izin perjalanan ke Malaka, VOC telah menangkap sinyal serangan yang akan terjadi menyikapi hal itu VOC berusaha tidak mempertemukan kapal yang baru datang dengan yang terakhir datang, karena dikawatirkan terjadi pertukaran senjata antar kapal,namun usaha itu gagal. Keesokan harinya 20 buah kapal Mataram menyerang pasar dan benteng Batavia, banyak korban yang jatuh. Namun VOC justru tak bergeming karena VOC sudah mensiasati ini agar VOC dapat dengan mudah mengusir pasukan Mataram karena tidak ada tempat persembunyian bagi pasukan Mataram. Melihat keadaan ini terpaksa pasukan Mataram mundur dan mengungsi ke daerah berpohon dan membangun benteng dari bambu anyaman serta membangun parit-parit di sekitar wilayah peperangan. Namun VOC mengirim tentara ke parit tersebut dan mengusir tentara Mataram yang ada di sana.
    Tetapi Diceritakan pula di sumber lain bahwa pada 26 agustus 1628, datanglah pasukan Mataram ke Batavia berjumlah sekitar 10.000 pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, dengan cara berbaris mereka mendekati benteng VOC. Menyikapi hal ini pemimpin VOC memerintahkan untuk menebang hutan dan membakar perkampungan disekitarnya untuk membatasi gerak gerik pasukan Mataram. Namun pasukan Mataram tak tinggal diam dan membangun benteng pertahanan di daerah perang yang terbuat dari tumpukan pohon kelapa dan tumpukan pohon pisang serta dipagari oleh bambu yang sudah dibelah dua. Bahkan mereka juga membuat parit pertahanan untuk melindungi diri.
    Di sumber lain disebutkan juga bahwa Bahureksa menulis surat ancama kepada Coen pada 21 septemeber 1628, yang isinya dalam waktu 10 atau 12 hari akan datang pasukan besar dibawah pimpinan Dipati Madurareja, Dipati Upasanta, Dipati Tohpati, dan Tumenggung Anggabaya kemudian akan datang pula pasukan yang sama besarnya di bawah pimpinan pangeran Adipati Juminah. Namun dalam keadaan berikutnya disebutkan bahwa tentara Baurekasa dipukul mundur dan tercerai berai bahkan peminpinnya pun gugur dalam pertempuran itu, VOC mengira mereka telah bebas dari musuh tetapi setelah pasukan Baureksa hancur, muncullah tentara kedua yang lebih besar panglima tertingginya yakni Tumenggung Sura Agulagul. Ia berusaha membelokkan arah aliran sungai dan memaksa orang yang terkepung untuk menyerah pada Mataram. Tapi semua usaha ini sia-sia, pasukannya sendiri banyak yang mati karena penyakit dan kelaparan. Pada 3 Desember dia membubarkan pengepungannya dan membunuh panglima-panglima bawahannya yaitu Dipati Madurareja dan Dipati Upasanta bersama dengan orang-orangnya.
    Kembali pada pernyatan awal, 21 oktober 1628 hampir seluruh pasukan VOC di Batavia dikerahkan untuk Melakukan serangan pada Mataram, kekuatan pasukan VOC itu sekitar 2.866 serdadu. Komandannya Letkol Jacques le Febvre. Pasukan kompeni dibagi menjadi beberapa kelompok pasukan yang bertugas menyerang pasukan Ukur dan Sumedang antara ialah:
    • Pasukan berkuda berjumlah 4 orang menyerang dari arah barat laut
    • Pasukan Avantrgarde, terdiri atas 3 regu yang dipimpin oleh, Kapten Dietloff Specht, ghysbert van Lodensteynx dan kapten Andrian Anthonisz, komandan gernisun benteng Batavia.
    • Batalion di bawah Mayor Vogel
    • Pasukan Arrieregarde
    • Pasukan orang-orang merdeka dan orang Jepang.
          Pasukan Ukur dan Sumedang lah yang pertama kali mendapat serangan setelah itu maka dilanjutkan menyerang pasukan Baureksa seperti yang telah dijelaskan di atas, pasukan Ukur dan sumedang mendapat serangan dari berbagai arah hingga terpuruk dan terpaksa mundur demi mencari keselamatan. Tumenggung Baureksa pun tidak bisa berbuat banyak demi membantu pasukan Ukur dan Sumedang karena posisinya pun sedang dalam keadaan terjepit akibat serangan pihak VOC, akhirnya kubu pertahanan baureksa dapat direbut oleh VOC dan para pemimpinnya tewas termasuk Baureksa dan anaknya.
         Seperti yang telah disebutkan pada di atas. Kegagalan diakibatkan oleh kurangnya persiapan dan juga terbatasnya bahan makanan juga serangan penyakit pada pasukan Mataram. Berhubung karena kegagalan ini maka atas dasar hukum yang berlaku di Mataram sejumlah pimpinan, yaitu pangeran Madurareja dan Upasanta dihukum mati, dan dengan demikian serangan pertama mengalami kegagalan.

    B) Serangan Kedua (1629)
         Setelah mengalami kekalahan pada serangan yang pertama(1628) Mataram kembali melakukan serangan yang kedua, maka persiapan pun dilakukan, bahkan dikatakan pasukan Mataram telah menyiapkan perbekalan logistik para prajurit di tempat-tempat tertentu dalam perjalanan ke Batavia. Pasukan Mataram berangkat dalam 2 gelombang, yang pertama berangkat akhir mei 1629 dan yang kedua 20 juni 1629, dan pada Bulan Agustus pasukan Mataram ditargetkan telah di Batavia.
    Pada 20 juni 1629 ada kejadian penting yang akan merubah jalannya cerita kemenangan pasukan Mataram dalam menghadapi VOC. Mataram telah mengirim sekelompok utusan sebagai mata mata, namun salah seorang utusan malah membocorkan rahasia dan siasat ini, maka pada para utusan tiba di Batavia yang kedua kalinya, ia ditangkap dan diinterogasi perihal kemungkinan serangan Mataram yang kedua yang bakal terjadi. Mengetahui Mataram hendak melancarkan serangan keduanya VOC lalu membakar seluruh perbekalan logistik Mataram di seluruh tempat.
        Pada 8 september 1629 pasukan mataram menggali parit pertahanan yang dilindungi kayu dan bambu, parit ini digali dari markas pertahanan pasukan mataram menuju benteng Holandia VOC, namun seperti biasa VOC selalu bisa menggagalkan proyek pertahanan Mataram tersebut. Terdapat pula kelompok lain yang juga berusaha merongrong pertahanan benteng Bommel. Beberapa prajurit berusaha masuk ke benteng untuk membuka pintu, namun sebelum hal itu terjadi pasukan VOC telah menembaki prajurit mataram tersebut. Pernah pula pasukan Mataram berencana menyerang tembok benteng VOC dengan serangan meriam Mataram, namun VOC dibawah pimpinan Antonio van Diemen bisa mengatasi serangan itu, bahkan melancarkan serangan balik pada Mataram.
    Dalam beberapa sumber disebutkan bahwa pada tanggal 20 September 1629 gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen meninggal dunia karena serangan penyakit. Pada hari yang sama terjadi serangan besar-besaran pasukan Mataram dan serangan puncak, serangan ini tertuju pada benteng Weesp, banyak pasukan Matram tertawan oleh pasukan VOC, maka pada suatu saat tawanan pasukan VOC sudah terlalu banyak yang tentunya menambah dana logistic VOC, maka diputuskan untuk menghentikan penawanan. Kegagalan pada serangan puncak ini akan berakibat pada hilangnya semangat juang para prajurit Mataram ini, tapi sebenarnya akibat kekalahan tentara Mataram terletak pada kurangnya bahan makanan atau logistic pasukan Mataram, pada umumnya tentara Mataram mengalami kelaparan, bahkan disebutkan banyak yang meninggalkan arena peperangan karena kelaparan.

  4.  Dampak dari Perang Melawan VOC
    • Munculnya pemberontakan yang diakibatkan dari kekalahan atas VOC.
    • Berkurangnya kepercayaan rakyat Mataram terhadap Sultan Agung.
    • Banyak daerah Mataram yang melepaskan diri.
    • Berkurangnya pasokan SDA karena telah dibabat habis oleh VOC.



    Di Upload Oleh: Dendi Rizky R (08)